Pada zaman dahulu kala di negara Cina yang sekarang ini dikenal dengan
sebutan Negara RCC. Di bagian Selatan ada sebuah Kerajaan yaitu daerah Yunan
Selatan. Didaerah ini erdiri sebuah kerayaan yang sangat ketat peraturannya. Kerajaan
ini dipimpin oleh seorang raja, baik dari segi Pemerintahan kekuasaan yang
sangat tinggi maka rakyat sangat tunduk pada perintah yang telah diputuskan
oleh raja. Pada saat itu mengeluarkan satu peraturan tentang hukuman kepada
yang melakukan kejahatan, yaitu hukuman pancung (hukuman mati).
Pada suatu waktu terjadi kasus krimina yaitu anak raja sendiri hamil
tanpa diketahui siapa pelaku dari perbuatan keji itu terhadap putri raja. Karena
Raja mengingat hukum yang dikeluarkannya kepada seluruh rakyat dan juga menjadi
nama baik sebagai raja maka dijatuhkan hukuman kepada putrinya.
Adapun hukuman yang telah diputuskan kepada putrinya di depan para pengawal
istana yaitu agar putrinya dipancung. Akan tetapi, para pengawal istana tidak
antusias dari hukuman yang diputuskan raja kepada putrinya yang cantik jelita
itu. Namun para pengawal mengusulkan kepada sang raja agar putrinya mendapat
generasi dari raja yaitu supaya bukan dihukum pancung melainkan dibuang di
tengah laut Samundra Hindia. Akhirnya raja menerima usulan para pengawalnya itu.
Seusai mendengar putusan hukuman dari raja, para pengawal istana menyediakan
satu buah perahu layar yang di dalamnya telah dilengkapi kekal selama
perjalanan dan berbagai bibit tanaman serta satu ekor anjing sebagai pengawal sang
putri bila suatu waktu terdampar di sesuatu tempat. Akhirnya sang putri yang
malang itu dihanyutkan di lautan Samudera Hindia. Karena arus angin dari Utara
lebih kuat dibanding dengan arus angin dari Selatan maka perahu sang putri terdampar
disebuat Pulau kecil. Pulau tersebut sekarang ini disebut dengan Pulau Nias. Ketika
sang putri terdampar, ternyata lokasi pada bagian Pulau itu sekarang ini yaitu di
muara sungai pada bagian Pulau itu sekarang ini yaitu di muara sungai “SUSUA”.
Di muara sungai itu sang putri melihat di sana-sini ternyata tak
seorangpun manusia yang menghuni muara itu. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi
menuju hulu sungai dengan tujuan mencari daerah yang ada orang penghuninya. Sesampai
tengah jalan menuju hulu sungai, sang putri melihat asap disekitar lereng
pegunungan. Dan dia berperasaan ada orang yang bisa membantunya. Ternyata sesampai
di sekitar daratan yang ada asap itu, tidak ada seorang manusia yang dapat menjadi
penolongnya. Akhirnya dia duduk dibawa pohon rindang, dengan sedihnya ia
berpikir bahwa di Pulau ini ternyata memang tak seorangpun manusia yang kian
menjadi penghuninya.
Kelelahan tiadak duanya yang menimpa dirinya, akhirnya tanpa disadari matanya
terpenjam dan menandakan bahwa ia telah tertidur pulas. Tiba-tiba ia terjaga
namun ia tak pernah lepas dari kesedihan yang menimpa dirinya. Dari tempat ia
duduk dan dengan sedihnya memikirkan nasibnya, namun tak terasa air mata
mengalir membasahi pipi yang sangat mulus itu. Dengan kegundahan hati yang amat
dalam akhirnya ia memutuskan dan bertekad untuk berdomisili di tempat itu.
Hari berganti hari dan bulan berganti bulan tak terasa, umur kandungnya telah
sampai saatnya ia untuk melahirkan. Dan muzijat dari Tuhan memang datang tanpa diduga-duga
dan Tuhan pun tak pernah membiarkan Umat-Nya hidup di dalam kemandirian. Ia
melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat manis dan lucu.
Tahun demi tahun anak laki-laki satu-satunya bagi sang putri beranjak menuju
kedewasaan. Dan pekerjaan mereka sehari hanya bercocok tanam. Sewaktu-waktu sang
putri berkata kepada anak tunggalnya “Hai anakku, pergilah engkau mengelilingi pulau
ini. Anaknya menjawab “Ibunda, apa gerangan sehingga Bunda menyuruhku untuk
pergi mengelilingi pulai ini ? “Namun Ibunya berkata “Anakku usiamu sudah
beranjak dewasa, akan tetapi pastilah engkau tidak mungkin hidup menyendiri melainkan
engkau menginginkan satu orang pendamping hidup, untuk itu berangkatlah dancincin
ini kuberikan padamu menandakan bahwa bunda selalu bersamamu. Dan apabila
diperjalanan engkau menemukan seseorang kalau dia perempuan pasangkanlah cincin
ini dijari manisnya dan jadikanlah ia sebagai istrimu. Juga bila kamu sampai pada
muara sungai yang besar jika hatimu bergetar maka telusurilah kehulu sungai
itu. Dan bila kamu ketemu dengan seseorang berikanlah ia cincin ini dan
jadikanlah dia sebagai istrimu. Maka anaknya dengan berat hati berangkat
meninggalkan ibunya di tengah hutan tanpa ada manusia yang menjadi tetangganya.
Tahun berganti tahun anaknya mengelilingi pulau namun tak seorang pun
juga sosok, manusia yang berjumpa dengan dia. Suatu ketika ia sampai di muara sungai
besar. Dan hatinya bergetar, sehingga ia teringat akan amanat bundanya kepada
dia. Akhirnya ia memutuskan untuk menelusuri hulu sungai itu. Sesampai ke hulu sungai
dan ternyata ia bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik jelita dan
tanpa berpikir panjang ia langsung memasangkan cincin di jari manis gadis itu dan
ia berkata “kaulah istriku”, sebab ibuku berpesan jika cincin ini cocok pada
jari manis setiap gadis yang saya temui maka ia adalah istriku”.
Pada suatu ketika mereka menjadi syah sebagai
suami-istri dan membentuk satu keluarga bahagia. Dan mereka dikaruniai banyak
anak laki-laki dan perempuan. Namun akhirnya keluarga tersebut berkembang sehingga
menjadi satu dusun. Dusun tersebut sekarang ini kita kenal yaitu “Dusun Boronadu”.
Sejak saat itulah asal muasal penduduk daerah Nias.