Pada masa saat ini telah
banyak etnografi – etnografi atau tulisan – tulisan yang menceritakan
tentang etnis Nias. Etnografi itu dicatat dalam beberapa tujuan
diantaranya identik dengan model perdagangan, keagamaan, kearifan lokal,
kesenian, dan sebagainya. Namun dari sekian banyak etnografi atau
literatur yang telah ada, belum ada sumber yang pasti dan benar tentang
asal – usul darimana Ono niha (orang nias) berasal . Kebanyakan literatur dan sumber sejarah hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar orang nias berasal dari negeri Cina.
Namun pendapat ini diperkuat dari faktor fisik atau ciri – ciri tubuh
orang nias kebanyakan memiliki kemiripan dengan orang cina, yaitu kulit
kuning atau sawo matang dan memiliki bentuk mata sipit.
Penelitian Pastor Johannes Maria Harmmerle, OFMCap telah banyak menulis tentang Nias, dan salah satu sumber asal – usul di dalamnya menyatakan hal demikian. Dalam bukunya mengatakan terlalu mudah mengatakan bahwa Nias berasal dari satu daerah. Hal itu disebabkan Nias sendiri belum tentu terdiri hanya sebagai satu etnis saja. Sehingga terdapat beberapa hipotesa mengenai asal – usul orang Nias. Namun dari beberapa tulisan tentang Nias, Pastor Johannes menyimpulkan kelompok – kelompok etnis Nias yang didasarkan pada tradisi lisan terdiri dari tiga kelompok. Kelompok etnis pertama adalah kelompok yang tinggal di dalam gua dengan ciri anatomi tubuh berkepala besar.
Kelompok etnis kedua disebut belah dengan ciri fisik berkulit putih. Kelompok etnis kedua ini tinggal menetap di atas pohon. Sedangkan kelompok ketiga adalah kelompok manusia. Kelompok ini berasal dari tanah seberang yang datang dengan menggunakan kapal laut dan memakai rantai. Asal – usul dari kelompok etnis ketiga berasal dari seorang ibu bernama Siraso, sehingga dia dianggap sebagai wanita leluhur. Ibu Siraso memiliki anak yang bernama resmi Ho atau Hia. Hia ini adalah pemimpin kelompok manusia, kelompok yang memiliki keunggulan peradaban dari kedua etnis lainnya seperti hukum adat, pertanian, dan lain – lain. Orang Nias yakin kelompok inilah yang merupakan asal – usul mereka karena memiliki sejarah yang jelas.
Berdasarkan informasi yang diperoleh hasil dari wawancara mendalam kepada salah seorang tokoh masyarakat Lagundri, Martin Wau, mengatakan bahwa orang Nias berasal dari Cina atau orang Indonesia biasa menyebut dengan etnis tionghoa. Cerita ini berasal dari sebuah folklore berupa Legenda seorang gadis anak raja yang berasal di wilayah antara Assam dan kaki gunung Himalaya, di bagian utara India. Namun kata Martin lagi, selain dari Assam asal mereka juga ada yang mengatakan dari Tibet atau Naga Land. Anak gadis raja tadi bernama Xin Xua, dimana cerita pengembaraannya diawali karena sang gadis diketahui sedang mengandung di luar nikah. Atas kejadian ini sang Raja marah dan murka sekali. Kemudian raja itu mengumpulkan semacam dewan adat pada saat itu untuk mengadili dan memberi hukuman, karena hamil di luar nikah bagi kelompok mereka saat itu adalah pelanggaran dan sebuah aib besar. Sang raja menginginkan sang gadis dihukum mati, namun tidak demikian halnya dengan keputusan dewan adat. Mereka tidak menginginkan gadis itu sampai dihukum mati melainkan diusir keluar dari kelompok mereka.
Lalu mereka semua mempersiapkan segala sesuatu seperti membuat sebuah kapal dan perbekalannya untuk dibawa Xin Xua mengarungi lautan luas. Lalu pergilah Xin Xua dengan ditemani seekor anjing kesayangannya menuju ke wilayah nusantara dan pada akhirnya berlabuh di Pulau Nias sekarang. Karena legenda inilah Martin menambahkan, makanya orang Nias juga mencintai anjing dan banyak ditemukan di rumah – rumah orang Nias sampai sekarang.
Tempat awal dimana Xin Xua mendarat adalah di hilir sungai Susua. Konon etimologi kata Susua berasal dari kata Xin Xua yang diabadikan menjadi nama sungai sampai saat ini. Setelah mendarat ditepi pantai dan muara sungai Susua ini, maka menetaplah Xin Xua ditempat ini hingga dia melahirkan anak yang dikandungnya. Ketika Xin Xua memutuskan untuk tinggal di sana, maka dinaikkannya kapal yang membawanya ke darat untuk dijadikan rumahnya. Kemudian untuk menghindari bahaya seperti binatang buas dibuatlah kaki sehingga menjadi rumah panggung seperti rumah nias sekarang.
Begitu anaknya lahir, Xin Xua memberikan nama bagi anaknya ini Hian Hok . Setelah Hian Hok dewasa, maka pada suatu hari ibunya berkata kepadanya agar anaknya harus meninggalkan ibunya dan pergi untuk mengembara dan mengenali pulau ini. Xin Xua hanya memberikan cincin kepadanya dan berpesan: “jika pada suatu hari dia menemukan seorang gadis dan ketika cincin itu bisa disematkan di jari manisnya maka jadikanlah dia sebagai istrinya”.
Lalu pergilah Hian Hok dan menurut Martin lagi perjalanan yang dilakukan Hian Hok saat itu diawali dengan menyusuri sungai Susua menuju keatas dan kearah hulu sungai. Ujung perjalanan dari Hian Hok adalah di wilayah Gomo . Tempat inilah yang sebagian besar orang Nias sampai sekarang disebut sebagai daerah dari mana mereka berasal di Nias. Wilayah yang di tempati Hian Hok di Gomo adalah salah satu kampung di atas Kecamatan Gomo yang berjarak sekitar delapan Kilometer yang bernama Boronadu (baca : berenadu) di Desa Sifalago Gomo.
Ketika Hian Hok sedang duduk di sebuah pohon besar (kayu Fosi) tiba – tiba muncul seorang perempuan, banyak argumentasi menyatakan bahwa perempuan itu ibunya, ada juga yang menyatakan perempuan lain. Ketika disematkan cincin pemberian ibunya itu di jari perempuan itu dan cocok, lalu mereka pun menikah dan memiliki keturunan yang kita sebut anak Nias sampai sekarang.
Keterangan :
- Kayu Fosi adalah Pohon besar ini masih ada sampai sekarang sudah berusia ratusan tahun namun tinggi pohon itu tidak lebih dari 40 meter. Pohon ini memiliki satu anak. Masyarakat nias percaya setiap kejadian di batang kayu ini mereka yakini pasti akan terjadi suatu kejadian. Contoh jika daun – daunan berguguran, maka akan terjadi wabah penyakit di kampung itu dan apabila batang kayu patah pasti aka nada petua – petua adat yang akan meninggal dunia.
- Orang Nias biasa menyebut diri mereka dengan Ono Niha. Niha dalam bahasa Nias berarti manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar