Dalam
Li Niha bunyi “e” yang muncul seperti dalam kata-kata: seperti,
kemarin, merpati, dan sebagainya dituliskan
dengan karakter khusus “ö”. Jadi dalam Li Niha tidak ada keraguan pengucapan
antara bunyi “e” seperti yang muncul dalam kata-kata di atas dengan bunyi “e
pepet” yang muncul seperti dalam kata-kata: enak, sepak,
dan tembak.
Karakter
“ö” ini sudah dikenal sejak dulu dalam bahasa tulis, sejak buku-buku berbahasa
Nias mulai dicetak. Yang dapat penulis sajikan sebagai contoh ialah Alkitab
Perjanjian Baru dalam Li Niha yang berjudul SOERA GAMABOE’OELA LI SIBOHOU
terbitan Amsterdam 1911 yang disusun H. Sundermann dan dicetak ulang Lembaga
Alkitab Indonesia, Jakarta, tahun 1984.
Menurut
hemat penulis, para misionaris Jerman yang datang ke P. Nias memperkenalkan
huruf “ö” dalam penulisan kata-kata Li Niha. Karakter “ö” memang dikenal dalam
bahasa tulis latin untuk bahasa Jepang, tetapi Jepang datang belakangan dan
juga agaknya tidak memiliki peninggalan berupa tulisan-tulisan berbahasa Nias.
Di
era mesin tik dulu, seringkali susah menuliskan “ö” sekali jalan. Biasanya “ö”
dicetak sebagai berikut: pertama-tama huruf “o” diketikkan, lalu ‘rol’ mesin
tik dimundurkan lagi ke posisi “o” yang telah diketikkan. Kemudian pada posisi
yang sama diketikkan lagi karakter “~” (tilda), kalau perlu dengan mengatur
spasi sehingga karakter “~” tersebut tepat berada di atas “o”.
Tetapi
di era itu, untungnya, ada juga mesin tik yang memiliki karakter “ö” di papan
ketiknya, terutama mesin-mesin tik yang dibawa para misionaris Jerman untuk
tugas-tugasnya.
Untuk
tulisan tangan, penulisan karakter “ö” tidak mengalami kendala, yaitu dengan
menempatkan tilda (~) di atas “o” sebagaimana diuraikan di depan. Sekedar
informasi, orang-orang tua zaman dahulu pada umumnya memiliki tulisan tangan
yang indah, karena pelajaran menulis merupakan salah satu pelajaran penting dan
sangat diutamakan para murid zaman dulu, entah karena apa. Nah, kelihatan
sekali bagaimana orang-orang tua kita dulu begitu menikmati saat ketika mereka
menulis, dan terutama cara mereka “melukis” karakter “~” di atas “o” dengan
sangat telaten. Di zaman orang tua kita dulu, ternyata dalam soal menulis
mereka umumnya memegang prinsip: biar lambat (menulis) asal indah.
Pentingnya mempertahankan karakter “ö” dalam Li Niha
Begitu pentingkah karakter “ö” dalam kata-kata Li Niha ? Jawabnya: ya ! Kehadiran karakter “ö”, misalnya, sangat membantu orang-orang tua kita dulu dalam membaca, misalnya untuk membaca Alkitab. Tentu saja kita jangan membandingkan kecepatan kita membaca dengan kecepatan mereka membaca yang umumnya terbatas.
Begitu pentingkah karakter “ö” dalam kata-kata Li Niha ? Jawabnya: ya ! Kehadiran karakter “ö”, misalnya, sangat membantu orang-orang tua kita dulu dalam membaca, misalnya untuk membaca Alkitab. Tentu saja kita jangan membandingkan kecepatan kita membaca dengan kecepatan mereka membaca yang umumnya terbatas.
Ada
kecenderungan (dan sayangnya kita tidak mempedulikan ini) untuk menghilangkan
ciri khas Li Niha ini dengan mensubstitusi karakter “ö” dengan “o” karena
dianggap kedua bunyi itu berdekatan.
Berikut ini diberikan beberapa contoh
kata-kata untuk melukiskan betapa fatalnya ‘penyederhanaan’ itu:
tölö-tölö
(kerongkongan) vs. tolo-tolo (bantuan)
törö-törö (singgah-singgahlah) vs. torotoro(nama sejenis burung)
fötö (sejenis burung elang) vs. foto (potong, pintas)
dörö (barangkali) vs. doro (dorong)
föfö (bagian dari sesuatu) vs. fofo (burung)
ö’ö (tokek) vs. o’o (ilalang)
törö-törö (singgah-singgahlah) vs. torotoro(nama sejenis burung)
fötö (sejenis burung elang) vs. foto (potong, pintas)
dörö (barangkali) vs. doro (dorong)
föfö (bagian dari sesuatu) vs. fofo (burung)
ö’ö (tokek) vs. o’o (ilalang)
Agak
mengherankan juga bahwa para pejabat di Nias yang terkait dengan pendataan
penduduk tidak memperhatikan hal ini. Lihat saja begitu banyak nama dalam KTP
di Pulau Nias yang ditulis tidak secara benar: huruf “ö” tidak pernah muncul,
tetapi digantikan langsung dengan “o”.
Dalam
sebuah wawancara di SCTV semasa banjir besar melanda Nias beberapa waktu yang
lalu, seorang pejabat pemda Nias diwawancarai oleh pembawa berita siang itu.
Sambil wawancara berlangsung, nama beliau ditayangkan di layar dengan marga
yang ditulis secara kurang benar: “Gulo” yang seharusnya “Gulö”. Kita salut
kepada beliau yang sempat meralat pengucapan pewawancara ketika menyebut
marganya: “Gulo”. Beliau beberapa kali berusaha mengoreksi walaupun si
pewawancara tetap berpedoman pada teks yang ditayangkan di layar.
Cara
menulis “ö” di komputer Di komputer, fasilitas penulisan karakter “ö” tersedia,
sehingga tidak ada alasan untuk menghilangkannya dan menggantikannya dengan
“o”. Karakter “ö” adalah sebuah karakter ASCII bernomor urut 148 yang dapat
dimunculkan dengan menekan sejumlah tombol ketik di papan ketik (keypad).
Caranya adalah sebagai berikut.
Tekan
dan tahan (hold) tombol ketik “Alt” yang terletak di sebelah kiri (dan
kadang-kadang ada juga di kanan) spacebar, lalu tekan berturut-turut angka 1,
4, dan 8 yang ada di keypad yang ada di sebelah kanan papan ketik. Kemudian
tombol Alt dilepaskan, maka muncullah karakter “ö”. Kadang-kadang pada beberapa
keypad, angka 0 harus ditekan terlebih dahulu sebelum angka 1, 4, dan 8 ditekan.
Jadi cobalah keduanya.
Catatan:
- Sebelum melakukan hal di atas, yakinkan dulu bahwa lampu Num Lock yang ada di sebelah kanan papan ketik hidup dengan men-toggle tombol Num Lock di keypad.)
- Selain cara di atas,”ö” bisa juga dimunculkan dengan menekan tombol “Alt” dan kombinasi angka-angka 0244, 0245 atau 0246 di keypad.
Pemunculan
“ö” dengan cara ini berlaku untuk teks murni (tanpa format). Untuk teks yang
ditulis dengan pengolah kata seperti Microsoft Word, berbagai jenis huruf
(font) memiliki karakter ö dalam berbagai tampilan.
Semoga
dengan informasi ini, kata-kata berbahasa Nias yang mengandung karakter ö dapat
ditulis secara benar.
*Tulisan
ini pertama kali dipublikasikan di situs Nias Portal dalam Topik Li Niha,
tanggal 5 Mei 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar