Oleh : Eben Ezer Lase
(Note: Tulisan ini
hanya Sumbang Saran sebagai wujud kepedulian dalam upaya mewujudkan "Nias
Pulau Impian". Yang positif diambil, yang kurang berkenan mohon dimaafkan.
Dalam tulisan kami tidak memuat apa yang sudah umum disampaikan (ttg
melestarikan pariwisata), tetapi hal yang sedikit berbeda (out of box). Tidak
ada yang mustahil "mimpi terwujud", asal ada usaha, kerjasama, dan
penyertaan Tuhan. Terimakasih.)
Dalam upaya mendukung
wacana “NIAS PULAU IMPIAN” maka perlu tindakan nyata dalam pengembangan
Pariwisata di Nias yang disertai dengan KREATIFITAS dan INOVASI. Kebudayaan
Nias yang sarat dengan sejarah yang berharga tentulah sangat penting untuk
dipertahankan, namun sepatutnya budaya adalah suatu yang DINAMIS, tidak statis
dan terus berkembang. Peninggalan sejarah di Pulau Nias beberapa ratus atau
ribu tahun lalu, misalnya dari zaman megalitikum merupakan “warisan” dan “kado
istimewa” untuk generasi sekarang. Warisan yang dimaksud misalnya, tari perang,
lompat batu, rumah adat, tari moyo, dan lain-lain. Nah, untuk generasi sekarang
(tahun 2000an), apa yang menjadi “WARISAN” dan “kado istimewa” untuk generasi
yang akan datang, misalnya ratusan tahun kemudian. Sepatutnya generasi sekarang
juga memikirkan dan mempersiapkan sesuatu sebagai warisan bagi generasi
mendatang yang khas dan tidak hanya meneruskan warisan leluhur.
Oleh karena itu,
perlu adanya kreatifitas dan inovasi dari generasi sekarang; mohon maaf “bukan
hanya sekedar mengikuti” dengan warisan zaman nenek moyang Nias dahulu.
Intinya, apakah yang akan kita wariskan dari generasi sekarang? Dalam rangka
pengembangan bidang pariwisata di Nias, ada beberapa hal yang kami usulkan
(sumbang saran) yang menjadi pertimbangan dan menunjukan indikasi stagnasi dan
butuh inovasi serta kreatifitas, yaitu:
1. Perlu adanya
KREASI TARIAN BARU, atau setidaknya memberi sentuhan lain pada Tarian yang
sudah ada, jangan hanya menggantungkan harapan atau hanya mengandalkan tarian
yang sudah ada (di antaranya Tari Moyo dan Tari Baluse). Memang benar, hal ini
harus DILESTARIKAN karena adalah warisan yang tak ternilai, namun hal ini juga
menunjukkan sikap yang pasrah menerima apa adanya. Padahal kedua tarian
tersebut (diantaranya) masih bisa dieksplorasi, dikembangkan dan dikemas supaya
LEBIH menarik pariwisata. Bahkan kalau memungkinkan CIPTAKAN TARIAN BARU dari
generasi sekarang yang tentu saja masih bernuansa atau berciri khas budaya
Nias. Misalnya, gerakan baru maena dikemas lebih menarik, energik, dan lebih
berirama. Hal itu tentu akan memperkaya khasanah budaya Nias, dan akan sangat
mendukung perkembangan pariwisata di Pulau Nias. Selanjutnya, memperkenalkan
dari usia dini pada anak-anak Nias mengenai budaya sehingga muncul kecintaan
kepada budaya sendiri. Yang jadi pertanyaan, “Kapan kita akan mendengar Tari
nias menjadi bagian ektra-kurikuler di sekolah-sekolah, seperti ekskul Tari
Bali, Tari Jawa?” Semoga bisa terwujud.
2. Perlunya
mengoptimalkan keunggulan alam untuk kepentingan pariwisata yang lebih besar;
misalnya, adanya beberapa mata air (“umbu nidano”) atau bukit atau pantai yang
“tergolek lunglai” tanpa ada sentuhan modernisasi. Di beberapa tempat lain di
Indonesia, tempat-tempat seperti itu sangat dieksplorasi dengan maksimal,
misalnya mata air panas di cipanas garut, dioptimalkan dengan membangun kolam
renang (“water park”). Sekarang, coba perhatikan berapa banyak “umbu nidano”
yang dibiarkan apa adanya bahkan cenderung terbengkalai. Diterima atau tidak
diterima kita berada di era modernisasi dan segala sesuatu yang mengalami
“sentuhan” MODERNISASIi akan menjadi lebih menarik, tentu saja tanpa mengubah
keaslian alam sebelumnya.
3. Perlu adanya
kreatifitas dalam mengembangkan daya tarik pariwisata yang baru. Untuk itu
perlu inovasi, misalnya membuat jalur motor cross, lintas alam, bumi
perkemahan, atau arum jeram, dan lain-lain yang kelak bisa menjadi ajang event
nasional maupun internasional. Adanya perbukitan, lembah dan alur sungai di
Pulau Nias sangat memungkinkan untuk menciptakan daya tarik pariwisata yang
baru. Ketika hal ini bisa diciptakan, maka akan memperlebar wahana wisata di
Pulau Nias dan akan menjaring wisatawan dengan kualifikasi yang berbeda. Hal
ini, akan menjadi TEROBOSAN yang luar biasa, bahkan target jangka panjang
menjadikan Pulau Nias, “One Stop Vacation”; tempat rekreasi yang komplit. Tentu
saja hal ini harus dibarengi dengan pembenahan sarana akomodasi dan
infrastruktur pendukung lainnya; seperti pelebaran bandara, perbaikan jalan
raya, pembangunan hotel berbintang, dan lain-lain.
4. Cinderamata khas
Nias merupakan salah satu daya tarik pariwisata, dengan cinderamata ini menjadi
"re-minding" akan menggerakkan kedatangan berulang wisatawan di Nias.
Yang menjadi perhatian adalah peningkatan KUALITAS barang kerajinan, variasi
barang, ketersediaan di banyak tempat dan harga yang terjangkau. Namun, apakah
hal tersebut sudah tercapai? Alangkah baiknya, apabila cindera khas Nias juga
bisa didapatkan di kota-kota lain di luar Pulau Nias sebagai ajang promosi
pariwisata. Sekarang ini muncul “Batik Nias”, hal ini sungguh sangat baik, dan
perlu adanya pengembangan terus menerus dalam kualitas bahan dan variasi motif
serta warna.
5. Perlu meningkatkan
"brand awareness" Pulau Nias menjadi tempat Impian wisata. Kurangnya
PROMOSI yang cepat dan akurat tersampaikan serta dimuat di media yang tepat.
Akses internet harus bisa dimanfaatkan dengan baik, termasuk membuat website
pariwisata, dan perkenalan melalui media sosial. Promosi secara langsung bisa
dikerjakan oleh sanggar-sanggar budaya Nias yang ada di kota-kota besar maupun
kecil di Indonesia ataupun negara lain. Namun, apa sanggar-sanggar budaya Nias
ini dapat kita temukan? Apakah mudah untuk mendapatkan busana adat dan
peralatan adat (toho, baluse, gari) untuk keperluan pentas budaya? Hal ini
perlu menjadi perhatian oleh pemerintah daerah, organisasi massa Nias, misalnya
HIMNI (Himpunan Masyarakat Nias Indonesia), HKNB di Bekasi, Pamanis di Jawa
Barat, dan lain-lain. Mulai sekarang harus mulai dipelopori pembuatan
sanggar-sanggar busaya Nias, paling tidak di kota-kota besar.
Mengapa Pengembangan
Pariwisata di Nias begitu menyita perhatian? Karena bidang Pariwisata memberi
arti penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menjadi sumber PAD
(Pendapatan Asli Daerah) Nias; meningkatkan kesejahteraan rakyat Nias dan
menekan angka kemiskinan; menciptakan lapangan kerja dan mengatasi
pengangguran; melestarikan dan memajukan kebudayaan asli Nias; dan terlebih
membawa Daerah Nias keluar dari Kategori Daerah Tertinggal (sesuai Peraturan Presiden
no. 131/2015).
Pariwisata di Nias
bukan hanya dikembangkan sekedarnya, tetapi dikembangkan dengan inovasi dan
kreatifitas sehingga ada perubahan yang signifikan. Upaya HIMNI (Himpunan
Masyarakat Nias Indonesia) menggagas dan melakukan Launcing bertajuk "Nias
Pesona Pulau Impian" pada tanggal 1 – 3 bulan Juni 2016 sangatlah tepat.
Marilah kita mendukung wacana "Nias Pesona Pulau Impian" tersebut
dengan langkah-langkah konkrit/nyata, strategis dan terorganisir dengan baik,
bukan hanya “eufioria” atau hanya mimpi belaka. Tugas besar ini digerakkan dan
dibina oleh pemerintah daerah Nias dengan dibantu seluruh elemen masyarakat,
sehingga dapat menggerakkan semua sektor yang terkait, yang melibatkan
industri, seperti kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha
penginapan dan transportasi. Maju terus pariwisata Pulau Nias.
MARI, SEGERA WUJUDKAN
“NIAS PESONA PULAU IMPIAN”.
YA’AHOWU ! SAOHAGOLO
!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar